27 Julai 2012

Ketika Ulama Tidak Berdaya

Ulama secara bahasa adalah jama’ (bentuk plural) dari kata alim. Artinya, orang yang memiliki ilmu yang membawanya takut hanya kepada Allah (lihat QS. Al-Fathir : 28)

Keberdayaan ulama maksudnyakemampuan ulama untuk melaksanakan tugas utama sebagai waratsatul anbiya, sebagai reformer di masyarakat dan melaksanakan tugas amar ma’ruf nahi mungkar. Peran ini akan terlaksana secara baik bila seseorang memiliki ilmu keislaman yang mumpuni sehingga hanya Allah saja yang ditakuti, independen dan bebas dari koptasi penguasa atau kelompok tertentu. 

Umat Islam masih menjadi umat terbaik dan berwibawa ketika ulamanya berdaya untuk melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar, baik kepada penguasa maupun kepada seluruh anggota masyarakat. Allah swt berfirman, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran : 110)
Sebaliknya, ketika ulama tidak melakukan tugasnya sebagai waratsatul anbiya sehingga membiarkan maksiat berkeliaran dan kemungkaran merajalela di tengah-tengah mereka, maka Allah akan menimpakan kepada umat ini beberapa malapetaka yang mengerikan. 

Pertama, umat akan ditimpa siksa atau malapetaka hebat 

Sebagaimana diriwayatkan oleh Al Baihaqi dari Abu Bakar ra, bahwa ia berkata: “Apabila suatu kaum berbuat maksiat di tengah-tengah orang yang lebih mulia dari mereka (yaitu para ulama dan umaro) sedangkan mereka tidak merubahnya, maka Allah akan menurunkan malapetaka yang tidak akan dientaskannya dari mereka.” Krisis yangmenimpa bangsa ini tidak lain akibat diamnya para ulama terhadap berbagai kebobrokan dan kemaksiatan yang terjadi di kalangan penguasa dan rakyat pada umumnya. Bahkan ada kecenderungan beberapa ulama dalam segala levelnya sebagai pemberi legitimasi semua kebijakan pemerintah yang menyimpang. 

Kedua, umat akan dikuasai oleh para preman dan orang-orang jahat

Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam Kitab Al-Hilyah, dari Abi ar-Riqaad, bahwa ia berkata: “… Hendaknya kamu memerintahkan yang ma’ruf, melarang yang mungkar dan menyuruh kebaikan atau kamu sekalian akan disiksa bersama atau kamu diperintah oleh orang-orang jahat di antara kamu kemudian bila para tokohnya berdo’a tidak lagi dikabulkan.” 

Diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah dari Utsman ra, bahwa ia berkata, “Perintahkan yang ma’ruf dan cegahlah yang mungkar sebelum kamu sekalian dikuasai oleh orang-orang jahat dan ketika para tokoh berdo’a tidak lagi dikabulkan.”

Munculnya berbagai kerusuhan di mana-mana yang dipicu oleh para provokator, ketidakmampuan aparat keamanan untuk mengantisipasi kerusuhan sebelumnya atau menangkalnya sedini mungkin menunjukkan para ulama tidak berdaya berperan sebagai pemimpin umat dan berusaha mendorong penguasa untuk menyelesaikan berbagai kerusuhan tersebut secara bijaksana.

Ketiga, umat akan saling berperang dan membunuh

Akhir-akhir ini, terjadi tawuran dan kerusuhan antar umat Islam sendiri. Ini juga akibat dari ketidakberdayaan ulama untuk membimbing umatnya secara baik. Abu Nu’aim meriwayatkan dari Abi Riqad bahwa ia berkata, “Mudah-mudahan Allah melaknat orang yang bukan dari golongan kami. Demi Allah, hendaknya kamu sekalian memerintah kepada yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar atau kamu sekalian akan saling membunuh, kemudian orang-orang jahat berkuasa atas orang-orang yang baik dan akan menghabisinya sehingga tidak ada lagi orang yang berani melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar, lalu kamu sekalian berdo’a tapi tidak dikabulkan karena kedurhakaanmu.”

Keempat, tidak dikabulkannya do’a umat Islam kendati para ulama dan tokohnya yang memanjatkan do’a bersama

Kita sering mendengar tokoh-tokoh umat menggelar acara do’a bersama dengan harapan agar krisis yang dialami bangsa ini cepat berlalu. Namun kenyataannya, problematika umat semakin kompleks dan menggurita. Karena do’a tidak akan dikabulkan bila para ulama tidak berdaya melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar sebagaimana diriwayatkan Al Harits dari Ali ra, bahwa ia berkata, “Hendaknya kamu sekalian melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar, atau kamu sekalian akan dikuasai orang-orang jahat dari kamu dan kemudian ketika orang-orang pilihanmu itu berdo’a, tidak dikabulkan.”

Agar do’a bersama kita dikabulkan, krisis dan kerusuhan diangkat Allah, kita perlu merubah dan memperbaiki apa yang ada dalam diri kita. Seagaimana yang difirmankan Allah: “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga kaum itu mau merubah apa yang ada dalam diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d : 11).

Mari kita mendorong para ulama dan tokoh masyarakat untuk lebih peduli terhadap amar ma’ruf nahi mungkar. Kita sebagai individu muslim, orang tua maupun tokoh masyarakat juga harus terlibat dalam gerakan ini. Mari kita berantas semua bentuk kemaksiatan di rumah dan lingkungan masing-masing. Dengan langkah inilah, kita akan keluar dari krisis. (DR. Ahmad Satori)

Buletin Tafakkur ed. 42/II[eramuslim.com]

0 Comments:

Post a Comment