19 Julai 2012

Rahsia Langit

sumber [eramuslim.com/
Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis lapis, kamu sekali kali tidak melihat pada ciptaan Allah Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang ? Kemudian pandanglah sekali lagi, niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah. (QS Al Mulk : 3-4) 

Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis… 


Didalam Sahih Bukhari , mengenai lapisan langit juga diceritakan dalam uraian hadist yang panjang , dimana petikan peristiwa mi’raj Nabi SAW yang diberitakan oleh anas bin malik, Rasullullah saw menceritakan, bahwa dibeberapa langit beliau bertemu dengan para nabi, Adam, Idris, Musa , Isa, dan Ibrahim as, tetapi tidak diceritakan di langit mana masing masing mereka berada, selain hanya menyebutkan, Adam dilangit pertama dan Ibrahim di langit keenam…(Sahih Bukhari, perihal Sholat, hal 131, No. 211) 


Cukup banyak pendapat ahli agama maupun astronomi yang mencoba mentafsirkan lapisan langit ini, dengan metoda dan keilmuan yang terus berkembang, dengan atau tanpa melalui percobaan ekspedisi luar angkasa. Dimana penelitian cakrawala ini selalu menjadi tantangan buat manusia yang ingin berfikir mengenai rahasia ilmu yang terbentang luas di alam ini....klik tajuk/ link 






Ayat tersebut merupakan salah satu ayat yang memancing sebuah motivasi, khususnya ummat Islam untuk meneliti dan berfikir mengenai rahasia cakrawala, walaupun teori yang dihasilkan belum tentu mencapai kesimpulan yang pasti, dan itu sifat dasar pengetahuan manusia yang selalu dinamis, dimana satu teori analisa, kadang memperkuat teori yang lain, kadang pula bertentangan satu sama lainnya. Hal itu wajar sekali karena cakrawala ini adalah ayat ayat Allah yang sangat besar dibandingkan kemampuan daya fikir manusia yang serba terbatas ini.





Hal itu dipertegas pula oleh As Syahid Sayid Quthb dalam karya monumentalnya Az Zilal menyatakan bahwa dalam mentafsirkan langit tujuh tingkat itu jangan ditafsirkan dengan ilmu pengetahuan alam yang bisa berubah ubah, karena penyelidikan manusia tidaklah pernah berhenti dan tak pernah sempurna dalam menghadapi cakrawala yang begitu luas, cukup sajalah dengan iman terhadap artinya, langit yang diciptakanNya adalah tujuh tingkat, kita percayai itu dan bagaimana tujuh tingkatnya itu, Allah lah yang lebih tahu…





Kamu sekali kali tidak melihat pada ciptaan Allah Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang ? 



Dunia ini pada hakikatnya selalu mengagumkan dan menambah ketakjuban kita, seorang ahli alam, dengan ilmunya, penelitiannya, perhitungannya, penyelidikannya dengan metodenya, menjelaskan, bahwa berjuta juta bintang di angkasa luas, dengan kekuatan gaya pusat, dapat tetap ditempatnya masing masing dan sangat sempurna peredarannya , sebagaimana kekuatan tarik menarik dalam alam ini, dapat menjaga keseimbangan masing masing dan menghalangi tabrakan antara yang satu dengan yang lain. 



Selanjutnya mengenai jarak matahari dan bintang bintang, dapat dijelaskan mengenai berapa ukurannya, kecepatan perjalanannya dan jauhnya dari bumi, semuanya penuh dengan kesempurnaan dan keseimbangan, dan lihatlah keindahan susunan bintang di malam hari, penuh dengan misteri serta kesempurnaan, dimana kadang gugusan itu membentuk susunan yang cantik. 



Cobalah lihat sekali lagi bahkan berulang ulang, adakah ketidak seimbangan pada alam semesta ini…. Ini merupakan tantangan yang rumit yang tidak bisa dicerna oleh akal, dan akhirnya terjawab dengan pertanyaan siapakah pengarang kitab alam semesta itu yang penuh dengan keajaiban, apakah karangan itu ada pengarangnya, apakah susunan itu ada penyusunnya dan siapa yang mengadakan benda itu, siapakah yang mengadakan bintang bintang yang beredar dengan tertib dan teratur, siapakah yang mengendalikan semua itu..





Kemudian pandanglah sekali lagi, niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah. 



Ayat ini menyuruh kita mengulangi penglihatan sekali lagi bahkan berulang ulang, karena apabila penglihatan itu diulangi akan melihat suatu keajaiban baru, dan niscaya tidak menemukan sesuatu yang cacat bahkan kita akan merasakan kepayahan. Kepayahan karena kagum akan kebesaran Ilahi, karena kesempurnaan alam itu terdapatlah sifat sifat Allah yang terlukis jelas padanya seperti Kesempurnaan, Keindahan dan Kemuliaan. 



Allah, menurut Islam, menciptakan dunia dan menanamkan di dalam dunia ini pola system abadi Nya yang menjadikan sebuah kosmos. Dia merancangnya sedemikian rupa sehingga mengundang kekaguman, sempurna, teratur, dapat dibentuk, bagian bagiannya secara kausal dan saling terikat, Allah mengajak manusia untuk mengkaji dan meneliti alam, untuk membuat deduksi yang penting hingga manusia mengakui kebesaranNya, hingga menyembah dan mengabdi Nya. 



Diantara perasaan kagum akan Kebesaran Allah, maka terasa kecillah manusia ini dibawah kekuasaan Ilahi, lalu timbul rasa syukur yang sedalam dalamnya karena kita diberi akal untuk berfikir dan daya resap untuk menikmati bukti Kekuasaan Allah yang terbentang kemana saja mata memandang.



Ayat tersebut mencoba untuk menjelaskan sejumlah bukti Kekuasaan Allah yang sangat seimbang dan sempurna, dan setiap rahasia alam yang terbuka, manusia bertambah takjub dan kian nyaring kedengaran suara hatinya, menanyakan, siapakah yang menciptakan alam ini, kalau ilmu pengetahuan tidak dapat menjawabnya, maka suara batin dari lubuk hati membisikkan, bahwa Pencipta itu adalah Allah, Tuhan Pemimpin semesta alam.



Al Qur’an yang mengandung perintah, peringatan, penganjuran, dan mendorong manusia untuk mengamati fenomena alam yang sangat seimbang dan sempurna seperti penggantian siang dan malam, gerakan bintang gemintang, matahari dan bulan, dan benda benda langit lainnya, kelahiran dan kematian, kehidupan, pertumbuhan dan kematian. Begitupun keragaman dan keindahan bunga, pohon dan buah, suku, bangsa, budaya , etnis, gunung, sungai, lembah. semuanya adalah ayat yang menunjukkan Pencipta dan Sumber Tatanan. 



Dan Al Qur’an mengajarkan manusia untuk mengamati, menyelidiki dan memahaminya, dan mengajak setiap muslim untuk menjadi ilmuwan yang menyelidiki setiap bidang dan segi alam; Allah menyeru manusia untuk mencari pengetahuan terluas yang paling mungkin, dengan keyakinan bahwa manusia akan menemukan bahwa klaim Islam tentang Tuhan dan PerintahNya, tentang alam, tentang manusia dan sejarah adalah benar. 



Islam menjadikannya sebagai titik keimanan untuk mengenali adanya Allah dalam pengaturan alam ini , dan dengan dorongan semangat qur’ani, Ilmu menjadi hobi manusia. Sehingga orang miskin dan raja bersaing mendapatkan pengetahuan. Dalam masa kejayaan Islam generasi awal , setiap muslim merasa dirinya layaknya wajib militer untuk mencari ilmu, sebagian besar energi dan kekayaaan ummat yang begitu berharga digunakan dalam upaya ini. 



Dorongan Islam dalam ilmu pengetahuan mematahkan monopoli para filosof yunani , ataupun rahib gereja maupun pertapa di kuil, hingga menyebabkan khazanah dan gudang pengetahuan sangat diminati, dan keilmuannya menjadi popular dikalangan ummat. Tercatat dalam sejarah bagaimana kota Andalusia, Bagdad, menjadi sebuah Kota Ilmu yang menjadikan sains sebagai pekerjaan ummat, bahkan sejarah manusia sebelumnya tak pernah menyaksikan perkembangan luas pencarian ilmu pengetahuan seperti ini. Kemajuan ilmu pengetahuan yang diciptakan oleh pemeluk baru Islam sangat luar biasa, seperti di Asia tengah dan tenggara serta Afrika , akal fikiran manusia bergerak dari animisme langsung ke modernitas begitu memeluk Islam, dan menunjukkan revolusi besar semangat manusia dibawah semangat Islam. 



Kondisi inilah yang seharusnya diupayakan terulang kembali pada era ini, dimana ummat harus kembali kepada system Islam dengan keyakinan yang dilandasi oleh Al Quran , kembali kepada semangat qurani yang telah lama dilupakan oleh ummatnya, hingga menjadi ummat yang kritis dengan kepribadian matang, kembali menempatkan dan memantapkan semangat jihad untuk memposisikan kondisi ummat menjadi yang terbaik. Tidak ada kata maupun kalimat yang pantas diucapkan kepada para pemuda, mahasiswa, birokrat, ilmuwan, pengusaha, atau apapun posisi sosialnya di masyarakat untuk segera sadar dan bangkit dari keterbelakangan kecuali mulailah saat ini juga untuk bergerak dan bergerak tanpa henti untuk melakukan loncatan besar dengan keyakinan qur’ani , kekuatan jihad dalam segala hal secara moril maupun materil, kejar ilmu pengetahuan, ambil ilmu itu layaknya hikmah yang tercecer dimanapun juga, bangun kembali system qur’ani agar tampil kembali di bumi Allah ini, hingga ummat ini menempatkan posisi kebangkitan yang kedua kalinya, Wallahu a'lam bish-shawab.(msn)

0 Comments:

Post a Comment