08 Disember 2011

Prakata   [arrahmah.com]
Selama tiga tahun terakhir, khususnya akhir tahun ini, pandangan seluruh dunia tertuju kepada berbagai peristiwa yang terjadi di bumi Somalia. Kejadian dan peristiwa di sana telah berkembang dalam bentuk sedemikian sehingga menggentarkan dan mengkhawatirkan setiap negara thoghut, karena Somalia sentiasa menjadi bagian tak terpisahkan dari target-target strategis mereka.
Apa yang menjadi kekhawatiran baru tersebut bukanlah karena semakin hebatnya kecamuk pertempuran atau banyaknya korban yang jatuh. Bukan itu semua yang telah
membuat cemas musuh ummah kita ini, karena mereka sendiri telah terbiasa bergulat dengan peperangan sipil yang melanda negara mereka masing-masing selama lebih dari dua dekade ini (yang dimaksud dengan musuh ummah di sini khususnya adalah negara-negara uni Afrika. Pent). Yang baru dalam medan Somalia, adalah keberadaan kekuatan yang memasuki kobaran perang, di mana kekuatan ini tidak mau tunduk sama sekali mengikuti kemauan mereka dan juga tidak bersedia mengikuti kendali mereka. Dan kekuatan ini ternyata berhasil meraih dukungan luas dan aspirasi yang tinggi yang sama sekali tidak diperhitungkan sebelumnya oleh para musuh ini.
Situasi yang kita bicarakan adalah terkait dengan Harokatus Syabaab al-Mujahidin beserta pihak-pihak yang bersekutu dengannya (yang saya maksudkan khususnya adalah al-Hizbul Islami, para pejuang dari Ras Kamboni, serta Mujahidin dari Kamp Pelatihan Umar al-Faruq. penulis). Mereka semua adalah Gerakan Salafiyah Jihadiyah yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan (apa yang kita sering sebut) al-Mahakim al-Islamiyah (Pengadilan Islam), yang diatur oleh kekuatan penjajah untuk berkuasa di Somalia. Justru al-Mahakim al-Islamiyah adalah salah satu kelompok yang berada di urutan pertama target yang ingin dihancurkan oleh Harokah ini (Harokatus Syabaab al-Mujahidin), karena kelompok al-Mahakim ini belakangan menunjukkan loyalitasnya pada kekuatan salib dan menjadi pesuruhnya yang setia untuk melindungi kepentingan kaum kafir di kawasan ini.
Sejarah Perjuangan di Somalia
Selama berabad-abad, Somalia telah menjadi target penguasaan kekuatan kolonial, dan wilayah Tanduk Afrika telah lama diperhitungkan sebagai salah satu titik strategis. Bangsa Kushit dan Semit menyeberang ke Afrika Timur dari Bab Al Mandeb. Sesampai di Afrika Timur, mereka membangun peradaban, mengembangkan pasar, menjadikannya tempat lalulintas pertukaran barang, jasa, dan kebudayaan. Wilayah Tanduk Afrika telah lama memegang peranan kunci dalam khazanah geo-politik, dan menjadi arena persaingan perebutan pengaruh antara bangsa Arab dari wilayah Semenanjung, China, Yunani, Romawi, serta kaum Ptomelius yang memerintah Mesir. Orang-orang Portugis mengarungi lautan, mereka kemudian sampai di Tanjung Harapan dan India, kemudian mereka menyeberangi Samudera Hindia hingga tiba di pintu selatan Laut Merah. Kedatangan Portugis di Laut Merah bertepatan dengan berkobarnya perang antara pasukan Syaikh Ahmad al-Ghozi yang berusaha menembus masuk wilayah kerajaan Habasyah (Abisinia) dari arah selatan. Hal ini memaksa raja Habasyah (Abisinia), Lebna Dengel meminta pertolongan Portugis untuk melindunginya dari pasukan Islam. Kemudian Portugis memasuki wilayah selatan Laut Merah, sehingga memaksa kesultanan Tahir di Yaman meminta bantuan kerajaan Mamluk di Mesir. Bantuan Mamluk diikuti dengan penaklukan Ottoman yang tujuannya melindungi bangsa Muslim dari penyerangan Portugis penjajah dan menyatukan seluruh bangsa Muslim di bawah satu khilafah Islamiyah. Pengaruh mereka terus meluas hingga menguasai bagian selatan Laut Merah, dan menembus hingga Eritrea. Mereka mengokohkan kekuasaan sehingga mampu mendirikan basis yang kuat yang menguasai seluruh pintu masuk Laut Merah pada tahun 1557 Masehi. Kekuasaan mereka tetap kokoh mengontrol wilayah selatan Semenanjung Arabia dan pintu masuk Laut Arab, hingga akhir abad kesembilanbelas masehi.
Somalia kemudian menjadi sasaran perebutan ambisi antara Perancis, Inggris, dan Italia. Kaum kolonialis yang rakus memperebutkan ‘kue’ Somalia hingga membuatnya terpecah-pecah dalam wilayah kecil: Perancis menguasai Djibouti pada 1884, Inggris mencengkeram wilayah utara pada tahun 1887, Italia merebut wilayah Selatan pada 1889, Etiopia mencaplok distrik Ogaden di tahun 1897, sementara wilayah timur Somalia dianeksasi oleh Kenya pada 1924 dan dikenal dengan sebutan Distrik Perbatasan Utara.
Urgensi Somalia bagi Musuh-musuh Ummah
Somalia terletak di wilayah Tanduk Afrika, dan memiliki posisi strategis bagi perusahaan minyak global, karena ia adalah wilayah terdekat yang terhubung dengan sumur-sumur minyak di Teluk. Ia adalah pintu gerbang selatan dari Laut Merah – jalur nadi perdagangan – dan buminya menyimpan banyak perbendaharaan kekayaan. Garis pantainya membentang sepanjang 3.300 km.
Keberadaannya semakin penting, setelah perkembangan situasi yang memanas di wilayah Teluk, khususnya setelah munculnya Qo’idatul Jihad di Semenanjung Arabia. Al-Qo’idah di Semenanjung Arabia bangkit dalam rangka melancarkan perang berkelanjutan dan sistematik menghadapi kekuatan aliansi salibis –zionis yang menguasai wilayah Semenanjung serta menahan meluasnya ambisi-ambisi mereka di sana.
Bagi armada salib, mereka berusaha menancapkan pengaruh stratejik, ekonomi, dan logistik, secara simultan, untuk menjadikan Tanduk Afrika sebagai salah satu basis kekuatan Amerika, sama seperti wilayah Teluk. Lebih khusus lagi, Tanduk Afrika adalah wilayah yang mengontrol langsung nadi lalulintas dan akses langsung ke laut. Buminya juga menyimpan kekayaan yang belum tereksplorasi.
Jangan lupa, Somalia adalah gerbang selatan memasuki Laut Merah, sebagaimana Terusan Suez adalah gerbang utaranya. Negara-negara produsen nuklir juga menjadikan Somalia sebagai tempat pembuangan limbah nuklirnya. Material radioaktif yang dibuang di tanah Somalia ini sangat berbahaya bagi kehidupan, yang berdampak jangka pendek ataupun panjang, dan dapat mencemari tanah serta air yang ada.
Kebangkitan Harokatus Syabaab Menghancurkan Rencana Amerika di Kawasan Afrika
Mari kita mengingat kembali pada rencana lama Amerika, yaitu lebih dari 20 tahun (tepatnya semenjak pecahnya perang sipil di era 1990an) Amerika berambisi untuk membangun pijakan strategis di Afrika, dan khususnya di kawasan Afrika Timur. Mereka lama membidik Sudan dan daerah Tanduk Afrika, karena letaknya yang strategis, dan kekayaan alamnya yang berlimpah, minyak serta berbagai mineral bumi lainnya.
Target Amerika di Somalia adalah: tahap pertama menguasai seluruh pesisir Somalia untuk meraih posisi penting dalam lalulintas perdagangan global; kemudian mereka dapat mengungguli Perancis yang menguasai wilayah Djibouti dan dekat dengan Bab Al-Mandeb. Langkah selanjutnya dari ambisi mereka adalah menghancurkan kekuatan Islam di Somalia dan menguasai sepenuhnya Tanduk Afrika, menjarah sumber daya negeri seperti uranium, minyak, dan mineral lainnya. Kemudian semakin mengokohkan hegemoni Amerika atas dunia, khususnya wilayah Afrika, membungkam gerakan apa saja yang dinilai mengganggu kepentingan Amerika.
Munculnya Harokatus Syabaab al-Mujahidin dan keberhasilan mereka menguasai mayoritas wilayah negeri serta konsistensi mereka dalam upaya menerapkan Syariat Islam, telah memberikan hantaman keras dan pukulan telak terhadap Amerika, sehingga segala rencana mereka atas Somalia menjadi buyar. Bahkan bukan hanya terbatas pada Somalia, tetapi ambisi mereka di seluruh kawasan Afrika.
Harokatus Syabaab bukanlah jenis kelompok perjuangan yang menerima sikap tawar menawar atau menyerah, sekedar berpikirpun tidak pernah. Berbeda dengan kelompok-kelompok perjuangan lain, atau faksi-faksi politik, atau berbagai kelompok yang bahkan menisbatkan dirinya sebagai gerakan Islam. Contoh yang masyhur adalah Harokah al-Mahakim al-Islamiyyah al-Ikhwaniyyah di bawah kepemimpinan Syaikh Syarif yang murtad lagi khianat.
Harokatus Syabaab lain dan berbeda dari berbagai faksi yang ada, yang biasanya telah dijinakkan Amerika, dan dikendalikan sepenuhnya, dengan sedikit iming-iming kekuasaan semu atau janji-janji palsu.
Gerakan ini memiliki strategi dan visi yang bahkan menjangkau jauh dari sekedar keinginan meraih kekuasaan. Mereka memanggul sepenuhnya tanggung jawab untuk memerdekakan rakyat Muslim Somalia serta berusaha menahan kekuatan penjajah yang berambisi merampok dan mengeksploitasi Somalia. Lebih jauh, gerakan ini telah meletakkan di pundak mereka tanggung jawab untuk membebaskan seluruh kawasan Afrika dan mempersatukan segenap Mujahidin di negeri-negeri yang berdekatan demi membangun front bersama dalam rangka menahan penyerbuan balatentara salib atas bumi Islam.
Amerika sangat Takut Memulai Kampanye Baru di Somalia
Amerika tidak pernah dapat melupakan getirnya kekalahan yang mereka alami pada pengalaman militer mereka di Somalia pada masa 1992 hingga 1994. Militer Amerika harus menelan kerugian besar, dan terpaksa pergi dari Somalia dalam keadaan kalah dan terhina. Bahkan kekalahan Amerika di Somalia tersebut semakin memompa semangat para musuh Amerika, khususnya kaum Jihadi dan para pendukung al-Qo’idah di wilayah lain – termasuk Darfur – untuk semakin mengeraskan hantaman terhadap Amerika, hingga membuatnya semakin lemah.
Luka Amerika semakin berdarah di berbagai area di mana di sana terdapat Mujahidin yang aktif. Di urutan pertama adalah Afghonistan dan ‘Iroq. Amerika bukan hanya berdarah di front militer. Di front ekonomi mereka juga mengalami hantaman hebat yang mengakibatkan pendarahan. Efek dari rangkaian perang ini telah menyeret kondisi internal ekonomi mereka ke titik nadir. Mungkin bisa kita perkirakan ekonomi mereka akan kolaps sepenuhnya dua tahun ke depan.
Tidak diragukan, Mujahidin di Somalia telah tumbuh semakin kuat, semakin terorganisir, dan semakin berpengalaman dari semenjak masa duapuluh tahun yang lalu. Keadaan ini membuat Amerika semakin enggan bahkan untuk sekedar berpikir akan memasuki kembali Somalia. Maka yang mereka lakukan adalah mencari cara lain untuk dapat melemahkan front Mujahidin. Yang mereka lakukan biasanya mencoba memicu perang sipil baru di kawasan, dan hal itu dengan mereka berikan dana dan dukungan kepada para panglima-panglima perang, lalu mengadu domba mereka. Kemudian mereka menciptakan keadaan di mana tidak ada pemenang maupun yang kalah, sehingga dengan begitu mereka menginginkan negeri ini terus tenggelam dalam kekacauan berdarah dan perang saudara.
Front Islam yang Dinantikan
Setelah proses penyatuan shoff antara Harokatus Syabab al-Mujahidin dengan al-Hizbul Islami baru-baru ini (di akhir tahun 2010. Pent), yaitu dengan bergabungnya al-Hizbul Islami di bawah kepemimpinan Harokatus Syabaab, kini terbentang cakrawala baru yang lebih luas bagi Mujahidin untuk mengembangkan front mereka di masa depan.
Kita tidak boleh mengabaikan, bahwa saat ini masih terdapat beberapa kawasan Somalia yang terjajah, di mana Mujahidin telah bertekad untuk membebaskannya, sebelum melangkah lebih lanjut membebaskan wilayah-wilayah lain di kawasan tetangga, seperti Djibouti, Puntlande, Ogaden yang diberikan Inggris ke Etiopia, Distrik Perbatasan Utara yang diberikan Inggris kepada Kenya. Djibouti sebelumnya adalah salah satu distrik wilayah Somalia, yang dicaplok Perancis dan dijadikan salah satu daerah koloninya, untuk kemudian dijadikan negara terpisah dari Somalia.
Front Islam yang luas tersebut terdiri dari Front Somalia, Qo’idatuol Jihad di Semenanjung Arabia, Qaidatul Jihad di Maghrib Islami. Keberadaan front ini merupakan perkembangan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah aktifis Jihadi kontemporer. Dan kita mengharapkan keberadaannya mampu untuk semakin mengeratkan kepungan terhadap musuh-musuh Allah dari berbagai corak agama maupun aliran politik. Mereka akan melanjutkan langkah untuk menyebarkan Islam, membebaskan rakyat di seluruh kawasan tanpa terkecuali, dan pada saat yang sama mempersiapkan pasukan Islam semesta yang akan berangkat membebaskan al-Aqsho dari tangan yahudi, bi idznillah.
Rakyat Somalia Adalah Kartu Keberuntungan
Tak diragukan, rakyat sering menjadi obyek perebutan pengaruh dan kekuasaan. Mereka dijadikan bahan dalam pertarungan dua pihak yang bersengketa. Tiap pihak berupaya menarik dukungan rakyat di pihaknya, sehingga bisa mereka gunakan sebagai tameng dalam konflik menghadapi pihak lain.
Rakyat Muslim kita selalu menjadi obyek material semata, tidak lebih. Mereka berada di bawah kungkungan pihak yang kuat dan menjadi sasaran penindasan dalam waktu yang lama. Sehingga akhirnya mereka kehilangan martabat insaninya selaku makhluk merdeka, dan sampai pada titik yang sangat rendah, di mana mereka tunduk tak berdaya pada pihak yang kuat, serta turut pada segala kemauannya meski pihak penindas ini memimpin rakyat untuk menjerumuskannya ke jurang kehancuran. Hingga akhirnya Allah memberkahi mereka dengan bangkitnya sekelompok ummat dari rahim rakyat sendiri, yang menyampaikan kebenaran, menjelaskan jalan yang lurus, serta menghimpun dukungan rakyat, sehingga rakyat berani memberontak terhadap segenap warisan penindasan dan memecahkan belenggu yang menjerat leher mereka. Rakyat kemudian belajar membedakan kebenaran dan kebatilan, musuh dan teman. Hingga mereka tidak lagi mau tunduk atau takut pada kebatilan, meski kebatilan itu datang dalam bentuk raja yang berkuasa lagi lalim.
Rakyat Somalia telah semakin cerdas dan berpengalaman. Mereka telah memetik pelajaran berharga dari pengalaman lebih selama 20 tahun perang sipil. Mereka telah mengalami penderitaan panjang, di bawah silih berganti pemimpin politik yang korup dan menindas, yang hanya memikirkan kepentingan pribadi dan golongannya semata. Rakyat telah sampai pada apa yang kami istilahkan ‘al-firosah as-siyasiyah / firasat politits’, sehingga mampu membedakan antara pihak yang benar dan kalangan durjana, antara kebenaran dan kebatilan.
Seperti yang terjadi di Afghanistan, para pimpinan Jihad Somalia beserta dai mereka telah mampu menarik hati banyak kepala-kepala suku Somalia, yang akhirnya suku dan kabilah tersebut memberikan loyalitas penuh kepada Harokatus Syabaab al-Mujahidin. Lebih jauh, mereka pun mendorong putra-putra kabilahnya untuk bergabung dalam barisan Mujahidin, serta berusaha menutup tiap celah yang hendak diterobos oleh tentara salib. Kekuatan salib selalu berusaha mencari celah yang dapat mereka eksploitasi: dengan berusaha ‘membeli’ hati dan pikiran suku dan kabilah dengan uang, supaya mereka menjadi penghalang yang menghadang langkah Mujahidin, seperti yang terjadi di ‘Iroq dengan dibentuknya apa yang sering kita sebut ‘dewan kebangkitan’ yang khianat, muslihat seperti itu juga yang juga hendak diterapkan tentara salib di Afghonistan.
Dalam sebuah konferensi pers bersama antara Syaikh Tahlil Ali Syaytiy, pemimpin dari kabilah Mahmud Hirob, satu kabilah terbesar di wilayah selatan dan tengah Somalia; serta Syaikh Abdullah Muhammad Hannaq, pimpinan kabilah Hayntiri; beserta segenap ulama dan saudagar; Kabilah Mahmud Hirob menegaskan bahwa mereka tidak akan menelantarkan Mujahidin yang telah membela mereka dan telah mereka dukung semenjak era 1990an. Mereka ini menjadi bahan bakar utama dalam Jihad Somalia.
Maka (kita menyaksikan) rakyat Somalia dari berbagai faksi dan latar belakang hari ini berhimpun bersama Mujahidin di bawah pimpinan Harokatus Syabaab. Mereka bergabung dalam battalion-batalion pejuang, untuk ikut aktif merebut hak mereka, menjadi agen perubahan, serta membalas para penjahat yang telah menjauhkan mereka dari din dan dunia mereka. Bahkan segenap kabilah telah bersumpah setia kepada Harokah as-Syabaab al-Mujahidin serta siap mempersembahkan putra-putra terbaik mereka untuk bergabung dalam barisan Mujahidin dalam rangka berpartisipasi membebaskan sepenuhnya seluruh bumi Islam dan membangkitkan ummat pada umumnya.
Ini adalah kartu keberuntungan yang dimiliki Mujahidin, setelah pertolongan dan bantuan Allah, disertai tawakkal mereka kepada Allah yang maha perkasa. Sebuah kartu yang tidak dimiliki lagi oleh balatentara salib. Kemenangan telah di ambang pintu! Sungguh begitu dekat, yang belum pernah kita alami sebelumnya di masa lalu!
Wal hamdu lillahi robbil alamin.

di tulis oleh al-Akh:Abu ‘Abdillah Anis –hafizhohulloh-

Berdoalah untuk saudara-saudara Antum yang berjihad

Saudara kalian:
Departemen Media Informasi al-Ma’sadah(Website Syumukhul Islam)
www.shamikh1.info/vb

Diterjemahkan ke dalam bahasa inggris oleh:
Forum Anshorul Mujahidinwww.ansar1.info
www.as-ansar.com

Tarjamah Bahasa Indoneseia oleh:
Forum Islam at-Tawbah

(saif al battar/arrahmah.com)

0 Comments:

Post a Comment