02 Disember 2011

Jamaah Ikhwanul Muslimin telah menjadi arus utama politik Mesir bersama dengan Gerakan Salafi. Kedua gerakan ini menjadi tantangan bagi masa depan kaum sekuler, nasionalis, dan liberal, yang gagal ingin mengambil alih kekuasaan dari tangan militer melalui aksi demonstransi Tahrir Square, dan menggulingkan Dewan Agung Militer, yang dipimpin Marsekal Husien Tantawi. Tetapi, Tantawai menolak mengundurkan diri dan menyerahkan kekuasaannya kepada Mohammad el-Baradie, yang menjadi "icon" kaum sekuler dan liberal. El-Baradie lebih lama tinggal di Amerika dan Eropa, dibandingkan dengan di Mesir. Banyak rakyat Mesir yang tidak mengenal jati diri el-Baradie. El-Baradie telah menjalankan misi Amerika Serikat dan Israel, menggebuk Irak dan Saddam Husien, yang dituduh mempunyai senjata pemusnah massal.

Sementara itu, Marsekal Husien Tantawi tetap bersikeras menyelenggarakan pemilihan parlemen, sebagaimana yang telah dijadwalkan semula. Menolak tekanan kalangan sekuler, nasionalis, dan liberal yang menggerakkan aksi demonstrasi di Tahrir Square, dan gagal mendapatkan dukungan rakyat Mesir.
The New York Time, menyebutkan dari pemilihan di 27 provinsi, yang akan diumumkan hari Jum'at ini atau Sabtu besok, menunjukkan Partai Kebebasan dan Keadilan (FJP), yang didirikan Jamaah Ikhwanul Muslimin mendapatkan 40 persen suara, sedangkan Gerakan Salafi dengan Partai al-Nour mendapatkan 25 persen suara. Artinya, Ikhwan dan Salafi akan menguasai mayoritas parlemen Mesir.
Dua kekuatan Islam di Mesir, Partai Kebebasan dan Keadilan (FJP), yang menjadi representasi Ikhwan dan Partai al-Nour yang menjadi representasi Salafi, selanjutnya akan menjadi penentu politik dan masa depan Mesir. (mh/tm)[eramuslim.com]

0 Comments:

Post a Comment