23 Mac 2012

Sumber [eramuslim.com] Lima bulan setelah pemilu parlemen yang dimenangkan oleh sebuah koalisi yang dipimpin kubu Islam pasca-revolusi Tunisia, kaleidoskopik oposisi negara itu kembali berjuang untuk bersatu untuk sebuah negara sekuler.
Partai-partai oposisi di berbagai majelis konstituante Tunisia menggabungkan diri ke dalam blok-blok yang lebih besar, berharap mereka bisa menjadi penantang partai Islam An-nahdhah.
Gerakan sekuler juga mungkin telah menemukan seorang pemimpin alami dengan mantan perdana menteri Beji caid Essebsi sebagai tokohnya.

"Kami meluncur menuju sebuah rezim teokratis, jadi sekarang oposisi ingin berkumpul kembali untuk menyeimbangkan dua kekuatan utama: kelompok Islam yang ingin menerapkan Syariah dan kaum liberal yang membela negara, demokratis modern dan sekuler," kata analis politik Mounir Charfi kepada AFP.
"Para Islamis - dengan An-Nahdhah, Hizbut Tahrir (partai non-terdaftar yang menganjurkan kembalinya kekhalifahan) dan gerakan Salafi - sudah menjadi kekuatan yang terstruktur dengan baik dan disiplin. Sebuah gaya paralel perlawanan harus dibuat," ujarnya.
Kelompok sayap kiri dan liberal telah mengumumkan bahwa mereka berencana untuk bergabung, seperti gerakan (Renewal) Ettajdid, Partai Buruh dan Kutub Modernis Demokrat.
Sebuah koalisi 11 partai politik kecil yang dibuat pada masa setelah revolusi 14 Januari tahun lalu juga menyerukan menyatukan semua "Destourians", sebuah kata yang berasal dari bahasa Arab untuk konstitusi.
Pada hari Sabtu pekan lalu, politikus veteran telah mengorganisir sebuah konferensi di Monastir - kota Bourguiba - yang diharapkan dapat membawa 52 kelompok politik bersama-sama dan bisa menjadi oposisi bagi kelompok Islam Tunisia.(fq/afp)

0 Comments:

Post a Comment