16 Mei 2011

Memilih Jalan Menuju Kematian

Setiap manusia pasti akan mati. Tidak ada manusia yang tidak mati. Siapapun  akan menghadapi kematian. Tetapi manusia tidak tahu kapan akan menemui kematiannya. Hidup, mati, dan jodoh itu rahasia. Hanya Sang Pencipta yang tahu.

Setiap manusia memiliki hak untuk  memilih sendiri-sendiri jalan menuju kematiannya. Masing-masing berbeda dalam memilih jalan kematian. Seorang ayah dengan anaknya berbeda dalam memilih jalan kematian. Antara saudara dengan saudara lainnya berbeda memilih jalan kematian. Manusia hanya bisa  sama dalam memilih jalan kematian, bila manusia itu memiliki persepsi dan tujuan yang sama dalam  hidupnya.
Manusia yang memahami kehidupan merupakan bagian dengan hari depan kehidupan yang bersifat kekal di akhirat, dan akan berbeda dengan manusia yang tidak memiliki persepsi dan dasar tujuan yang jelas dalam kehidupannya. Perbedaan-perbedaan bisa dialami dalam sebuah keluarga, kelompok, organisasi, dan gerakan.
Manusia ada yang memilih jalan menuju kematian dengan cara mengejar kenikmatan dunia. Karena itu, sepanjang hidupnya hanya diorientasikan (diarahkan) dengan kenikmatan dunia. Hari-harinya terus dipenuhi dengan khayalan-khayalan kehidupan yang penuh dengan hal-hal yang serba  nikmat.
Mereka bisa tinggal di rumah, apartemen, vila, dan tempat  yang indah,  serba nikmat, disertai dengan jenis kenikmatan lainnya. Makanan, minuman, dan bahkan hidupnya tidak dapat dilepaskan dengan wanita cantik. Karena itu bagian dari kenikmatan yang menjadi khayalannya. Khayalannya tidak pernah berhenti, dan terus melambung tinggi, dan  selalu ada keinginan  menggapai khayalan itu.
Karena itu, tidak jarang  jenis manusia seperti ini, terkadang mati dalam pelukan wanita cantik, yang selama ini melengkapi hidupnya, dan itu merupakan bagian kenikmatan yang selalu dia inginkan. Kemudian, dia menemukan kamatiannya dengan jalan seperti itu.
Ada manusia yang ingin menempuh jalan kematiannya dengan secara terus berbuat maksiat dan durhaka. Seperti melakukan sek bebas. Banyak pula mereka yang mati diatas perut perempuan. Mereka menjalani pilihan hidupnya dengan sadar. Karena, hal itu sudah menjadi persepsi dan dasar tujuannya hidupnya. Selama hidupnya tidak dapat dilepaskan dengan melakukan sek bebas. Sampai menemui ajalnya. Itu  adalah pilihannya.
Ada pula manusia yang ingin menempuh jalan kematiannya dengan melakukan pemujaan terhadap harta. Mereka menjadikan harta sebagai "tuhan", maka mereka menempuh jalan hidupnya menuju kematian dengan cara seperti itu. Hidupnya hanya  bagaimana bisa mendapatkan harta sebanyak-banyaknya.  Tidak perduli dari mana harta itu didapatkan. Maka, banyak para pemuja harta itu, akhirnya menemui kematiannya dengan harta. Termasuk diantara mereka yang sudah menjadikan harta  sebagai "tuhan", kemudian masuk penjara.  Karena terlalu serakah menikmati harta, dan tidak lagi tahu mana yang halal dan mana yang haram, dan kemudian mati.
Ada pula yang menempuh jalan menuju kematian dengan penuh ambisi dan obsesi dengan kekuasaan, yang kemudian menjadikan kekuasaan sebagai "tuhan" mereka. Mereka hidupnya hanya digunakan sepenuhnya untuk mengejar kekuasaan. Mengejar kekuasaan siang dan malam. Ketika sudah mendapatkan kekuasaan tidak tahu lagi, tentang hakekat kekuasaan, dan akan digunakan untuk apa kekuasaan itu? Sampai akhirnya mati dalam rengkuhan kekuasaan.
Tetapi, ada pula yang menginginkan kematian dengan tujuannya membela keyakinannya, dan menyakini kematian adalah sebuah keindahan yang bakal ditemuinya, kelak di akhirat. Karena itu, mereka berani menanggung resiko, dan tidak pernah takut, dan kawatir akan kematian yang akan dihadapinya. Justru dia mencari dan mengharapkan kematian yang akan datang.
Kematian diyakini pasti akan datang. Dengan cita-citanya yang ingin diwujudkan yaitu, kemuliaan di sisi-Nya. Dia berani melakukan "sesuatu" yang membawa kemuliaan baginya. Sebuah keyakinan tidak pernah berhenti dengan tindakan apapun yang akan dihadapi. Kesakitan dan penderitaan itu adalah bagian dari tujuan untuk mencapai kemuliaan itu. Sebuah keyakinan tidak berakhir hanya dengan kematian. Kematian yang dialaminya itu diyakini hanya permulaan kehidupan yang panjang, tanpa batas. Kekal. Kehidupan kampung akhirat, yaitu surga yang tak ternilai oleh apapun. Itulah manusia yang memiliki keyakinan dan cita-cita.
Seorang ibu muda Palestina yang baru melahirkan, pergi ke Jerusalem, dan menggendong "sesuatu", tetapi bukan menggendong bayinya, kemudian disebuah tempat pemberhentian bus di kota Jerusalem itu, dia meledakkan dirinya, menyebabkan tewasnya tentara Yahudi. Itulah pilihan menemukan kematian dari ibu muda Palestina yang diyakini dengan kematian itu, dia akan mendapatkan kebahagiaan yang kekal.
Karena itu, ketika mendengar berita ada orang yang tewas di  Sukoharjo  ditembak Densus 88, tidak perlu ditangisi dan disedihkan. Karena itu, sudah menjadi tujuan hidupnya ingin mendapatkan kematian dengan keyakinannya. Densus hanya "sarana" bagi dia untuk menuju kematian yang dicita-citakan.  Setiap manusia berhak memilih jalan kematian masing-masing. Sesuai dengan persepsi dan tujuan hidupnya. Wallahu'alam.

0 Comments:

Post a Comment