20 Disember 2012

Tafsir Kemenangan dalam Islam

إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِينًا ﴿١﴾
لِيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِن ذَنبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا مُّسْتَقِيمًا ﴿٢﴾
وَيَنصُرَكَ اللَّهُ نَصْرًا عَزِيزًا ﴿٣﴾
Artinya : “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata, supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus, dan supaya Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat (banyak).” (QS. Al Fath : 1 – 3)


Ibnu Katsir mengatakan bahwa surah yang mulia ini turun ketika Rasulullah saw kembali dari Hudaibiyah di bulan dzulqaidah tahun ke-6 H yang pada saat itu dihalang-halangi oleh kaum musyrikin untuk memasuki Masjidil Haram dalam menunaikan umrah. Kaum musyrikin cenderung untuk mengadakan perjanjian dan gencatan senjata serta meminta Rasulullah saw pulang pada tahun ini dan kembali lagi pada tahun berikutnya. Tawaran ini disambut oleh Rasulullah saw meskipun tampak kekurangsukaan diwajah sebahagian sahabat, diantaranya Umar bin Khottob ra. Setelah mereka menyembelih haiwan-haiwan kurbanya dan pada saat pulang kemudian Allah swt menurunkan surah ini yang menceritakan tentang apa yang terjadi diantara ......tajuk/ [eramuslim.com]
Rasulullah saw dengan mereka—orang-orang Quraisy—dan menyatakan bahwa perjanjian tersebut adalah kemenangan dikarenakan berbagai maslahat yang ada didalamnya. (Tafsir Ibnu Katsir juz VII hal 325)
إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِينًا
Artinya : “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata.” (QS. Al Fath : 1)
Terjadi perbedaan pendapat tentang maksud dari kata fath (kemenangan) didalam ayat itu. Ada yang mengatakan bahwa ia adalah Futuh Mekah, berbagai kemenangan yang didapat oleh Rasulullah saw, kemenangan orang-orang Romawi, ataupun baiat Ridwan pada hari-hari Hudaibiyah, namun banyak yang menyebutkan bahwa kemengan itu adalah perjanjian Hudaibiyah.
Az Zuhri mengatakan bahwa tidak ada kemenangan yang lebih besar dari perjanjian Hudaibiyah, dimana orang-orang musyrik bercampur dengan kaum muslimin mendengarkan perkataan mereka, mulai bersemayamnya islam di hati mereka sehingga dalam kurun waktu tiga tahun banyak manusia yang masuk kedalam agama islam . (Fathul Qodir juz V hal 44)

لِيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِن ذَنبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا مُّسْتَقِيمًا
وَيَنصُرَكَ اللَّهُ نَصْرًا عَزِيزًا
Artinya : “supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus, dan supaya Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat (banyak).” (QS. Al Fath : 2 – 3)
Ibnul Anbari mengatakan bahwa kata fathan mubina (kemenangan yang nyata) belum sempurna karena perkataan,”supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu” masih berkaitan dengan kemenangan tersebut, seakan-akan Dia mengatakan,”Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata agar Allah swt mengumpulkan buatmu dengan kemenangan ini ampunan dan mengumpulkan bagimu dengannya berbagai hal yang menyenangkan pandanganmu di dunia dan akherat.
Sayyid Qutb mengatakan bahwa kemenangan Hudaibiyah ini pun diikuti oleh berbagai kemenangan lainnya, seperti :
1. Kemenangan dalam Da’wah.
Ibnu Ishaq mengatakan bukti kebenaran perkataan az Zuhri—diatas—adalah bahwa Rasulullah saw tatkala berangkat menuju Hudaibiyah bersama dengan 1400 orang, menurut penuturan Jabir bin Abdullah dan dua tahun kemudian beliau saw berangkat lagi pada saat Futuh Mekah bersama 10.000 orang.
2. Kemenangan di bumi.
Kaum muslimin saat itu merasa aman dari kejahatan orang-orang Quraisy, untuk itu Rasulullah saw mengarahkan da’wahnya dalam rangka pembebasan jazirah dari sisa-sisa kejahatan orang-orang Yahudi—setelah membebaskannya dari Yahudi Bani Qoinuqo, Bani Nadhir dan Bani Quraizhoh—dan kejahatan itu tergambar pada kekokohan benteng Khaibar yang menakutkan dijalan menuju Syam. Kemudian Allah swt menundukkannya bagi kaum muslimin dan mereka mendapatkan ghonimah yang banyak dan Rasulullah saw mengkhusukan ghonimah tersebut untuk orang-orang yang telah ikut serta dalam peristiwa Hudaibiyah.
3. Kemenangan pada sikap diantara kaum muslimin di Madinah, Quraisy di Mekah dan seluruh kaum musyrikin yang berada di sekitar mereka… Orang-orang Quraisy mengakui ketangguhan dan eksistensi Nabi dan kaum muslimin, dan menganggap bahwa Nabi dan kaum muslimin adalah musuh mereka akan tetapi mereka menghalangi Nabi dan para sahabatnya dengan cara yang paling baik pada waktu dimana mereka telah memerangi Madinah dalam dua tahun dengan dua kali peperangan dan peperangan terakhir adalah satu tahun sebelum Hudaibiyah ini…. kaum muslimin juga tampak begitu kuat di mata kabilah-kabilah, orang-orang Arab pun banyak yang mundur dari memeranginya, dan semakin tidak terdengar lagi suara-suara orang-orang munafiq..
Rasulullah saw begitu gembira dengan surat ini. Hatinya gembira dengan karunia Allah yang besar yang diberikan kepadanya dan orang-orang beriman yang bersamanya. Bergembira dengan kemenangan yang nyata, ampunan yang menyeluruh, kenikmatan yang sempurna, petunjuk kepada jalan Allah yang lurus, pertolongan yang kuat dan dengan keredhoan Allah swt kepada orang-orang beriman yang telah mensifatkan mereka dengan penyifatan yang mulia. (Fii Zhilali Qur’an juz VI hal 3316 – 3317)

Jalan Menuju Kemenangan
Surat ini memberikan penjelasan bahwa kemenangan yang diperoleh kaum mukminin tidak selamanya harus melalui suatu kontak senjata dengan orang-orang kafir atau musuh-musuhnya namun kemenangan juga bisa diperoleh melalui suatu perjanjian atau perdamaian dengan mereka selama hal itu memang memberikan kemaslahatan bagi da’wah islam dan kaum muslimin.
Kondisi realita umat islam saat ini yang terus menerus menjadi ‘mangsa’ orang-orang kafir tidaklah bisa dikatakan kontradiksi dengan surat al Fath ini yang menceritakan tentang kemenangan yang diperoleh kaum mukminin.
Perintah Allah swt kepada Rasul-Nya dan juga orang-orang beriman untuk pergi berumroh yang kemudian dihalang-halangi untuk memasuki Masjidil Haram oleh orang-orang Quraisy dan pada akhirnya menghasilkan perjanjian Hudaibiyah ini terjadi pada tahun ke-6 H.
Perjanjian yang dikatakan oleh Allah swt sebagai kemenangan yang nyata ini tidaklah terjadi secara tiba-tiba atau tanpa sebab. Allah swt tidak memberikan kemenangan ini diawal-awal da’wahnya ketika di Mekah ataupun ketika mereka baru tiba hijrah di Madinah. Akan tetapi Allah swt memberikan kemenangan ini setelah 13 tahun da’wah islam ini muncul dan dibawa oleh Rasulullah saw di Mekah dan 6 tahun da’wah ini mewarnai masyarakat muslim di Madinah.
Selama masa itu Rasulullah saw mempersiapkan suatu generasi yang kuat, kokoh, sabar dan tahan akan berbagai ujian yang menerpa mereka sebagai satu konsekuensi dari perjalan da’wah di jalan Allah swt untuk menyongsong kemenangan yang dijanjikan Allah swt, termasuk Hudaibiyah ini.
Selama masa itu berbagai ujian dan peristiwa-peristiwa besar mewarnai perjuangan Rasulullah dan para sahabatnya, diantaranya :
Pada fase Mekah terjadi berbagai penyiksaan dan intimidasi yang dilakukan oleh orang-orang Quraisy terhadap orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, pemboikotan selama tiga tahun, penolakan masyarakat Thaif terhadap da’wah. Yang pada akhirnya fase ini ditutup dengan hijrahnya kaum muslimin dan Rasulullah saw ke Madinah.
Pada fase Madinah sebelum terjadi perjanjian Hudaibiyah berbagai upaya dilakukan oleh Rasulullah saw untuk mengokohkan masyarakat muslim pertama tersebut, seperti pembangunan masjid dan mempersaudarakan antara Muhajirin dan Anshor dan setelah itu Allah swt mengizinkan mereka untuk berperang melawan orang-orang yang menentang da’wah sehingga terjadilah berbagai peperangan, seperti Badar, Uhud, dan Ahzab disamping peperangan melawan orang-orang Yahudi.
Dari perjalanan da’wah generasi muslim pertama tersebut maka kondisi umat islam saat ini merupakan salah satu proses untuk meraih kemenangan yang dijanjikan Allah swt.
Meskipun kesewenang-wenangan orang-orang kafir terhadap kaum muslimin begitu melampaui batas terlebih lagi didukung dengan berbagai sarana yang dimilikinya namun hingga saat ini mereka belum mampu menguasai kaum muslimin. Uni Sovyet takluk di Afghanistan, Amerika diusir dari Somalia dan hingga saat ini mereka masih kewalahan menghadapi para mujahidin Iraq, dan yang baru-baru ini kaum Yahudi Zionis yang pada awalnya begitu sombong akan menaklukan Gaza hanya dalam hitungan hari ternyata Allah swt takdirkan hal itu tidak terjadi dan justru kemenangan berada di pihak mujahidin Gaza bahkan mereka mendapatkan simpati dari seluruh masyarakat dunia.
Berbagai kezhaliman yang dilakukan oleh orang-orang kafir terhadap kaum muslimin di bumi mereka tidak akan pernah sanggup memusnahkan islam dan kaum muslimin dan tidak akan pernah meredupkan cahaya Allah yang akan senantiasa menyinari bumi ini. Justru itu semua akan semakin menyadarkan kaum muslimin bahwa pertentangan antara haq dan batil akan terus berlangsung hingga hari kiamat dan juga akan menyadarkan mereka untuk kembali kepada Allah swt, berkomitmen dengan nilai-nilai robbani, dan mengokohkan ukhuwah islamiyah sebagai modal meraih kemenangan yang telah dijanjikan Allah swt. Firman Allah swt :
أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُواْ الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُم مَّثَلُ الَّذِينَ خَلَوْاْ مِن قَبْلِكُم مَّسَّتْهُمُ الْبَأْسَاء وَالضَّرَّاء وَزُلْزِلُواْ حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُواْ مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللّهِ أَلا إِنَّ نَصْرَ اللّهِ قَرِيبٌ
Artinya : “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, Padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu Amat dekat.” (QS. Al Baqoroh : 214)
Semoga Allah swt memberikan kesabaran kepada seluruh mujahidin yang berjuang dijalan-Nya demi meninggikan kalimat-Nya dan menyatukan umat ini didalam satu barisan yang kokoh.
Wallahu A’lam
[http://www.eramuslim.com]

0 Comments:

Post a Comment