09 Februari 2013

Al-Kisah Bapa Babi dan Bapa ayam

Suatu ketika Syeikh Muhammad Abduh mengunjungi Perancis. Beberapa mahasiswa menanyakan padanya tentang alasan ajaran Islam mengharamkan babi. “Umat Islam mengatakan babi itu haram karena memakan sampah yang mengandung cacing pita, mikrob, dan bakteriaa-bakteria berbahaya. Sekarang, semua itu sudah hampir tidak ada karena babi dipelihara di peternakan modern, kebersihannya terjamin, dan proses sterilisasi yang sudah memadai. Bagaimana mungkin babi-babi itu terjangkit cacing pita atau bakteria dan mikrob berbahaya?”
Muhammad Abduh tidak langsung menjawab. Dengan cerdik beliau minta dihadirkan 2 ekor ayam jantan dan 1 ekor ayam betina, serta 2 ekor babi jantan dan 1 ekor babi betina.
Mereka bertanya, “Untuk apa semua ini?”

“Penuhi apa yang saya minta, maka akan saya perlihatkan satu rahsia,” jawab Syeikh
Mereka memenuhi permintaan Muhammad Abduh. Pemikir Islam ini segera mengurung 2 ekor ayam jantan bersama 1 ekor ayam betina dalam 1 kandang. Apa yang terjadi? Dua ekor ayam jantan itu berkelahi dan
saling membunuh untuk mendapatkan ayam betina. Setelah itu Muhammad Abduh melepas 2 ekor babi jantan dengan 1 ekor babi betina. Kali ini, mereka menyaksikan sebuah “keanehan”. Tidak ada sedikit pun perkelahian untuk memperebutkan babi betina. Tanpa rasa cemburu dan harga diri, babi jantan yang satu justru membantu babi jantan lainnya melaksanakan hajat seksualnya. Mengapa hal ini terjadi? “
Saudara-saudariku semua, daging babi membunuh ‘ghirah’ orang yang memakannya. Itulah yang terjadi pada kalian.
Seorang lelaki dari kalian membiarkan istrinya bersama lelaki lain, tanpa rasa cemburu.
Seorang bapak di antara kalian melihat anak perempuannya bersama lelaki asing, tapi kalian membiarkannya tanpa rasa cemburu dan was-was.
Sesungguhnya, daging babi itu menularkan sifat-sifat buruk pada orang yang memakannya.
Muhammad Abduh kemudian memberikan contoh-contoh baik dalam syariat Islam. Misalnya, Islam mengharamkan beberapa jenis ternakan dan unggas yang berkeliaran serta memakan kotorannya. Siapapun yang ingin menyembelihnya harus mengurungnya selama beberapa hari serta memberinya makan yang sesuai. Mengapa? Agar perutnya terbebas dari kotoran-kotoran yang mengandung bakteria dan mikrob berbahaya yang boleh menular pada manusia. Itulah hukum Allah. Itulah perlindungan dan kasih sayang Al-Khaliq kepada manusia.
(Disalin dari buku “Haram Bikin Seram” karya Tauhid Nur Azhar)
(saifalbattar/arrahmah.com)

0 Comments:

Post a Comment