04 Disember 2013

Lelong….lelong di Afghanistan!……Satu ton hanya 200 dollar, bagian tank, potongan helikopter, seragam dan sepatu robek, majalah, sabuk, senjata yang rusak…..mesin kendaraan dan tank dan suku cadangnya, generator, tenda dan kamar kayu, tempat tidur tentera, kursi roda dan berbagai jenis lainnya dari peralatan militer Amerika.

Jika Anda memiliki wang, jangan buang waktu!  Semuanya dijual dengan harga lambakan logam, datang dan beli peralatan original Amerika. Lelong…..Lelong!  Tulis laporan Voice of Jihad.

Laporan lebih lanjut menuliskan, peralatan militer yang hancur dan tercabik-cabik milik pasukan AS yang dilelong, sangat mirip dengan kehancuran dan lelong gudang bekas tentara Uni Soviet dua dekade lalu.

Saat itu 20 November 2013, dua orang pemuda Afghanistan sedang dalam perjalanan menuju provinsi Ghazni.  Mereka mengatakan bahwa mereka adalah warga dari provinsi Zabul dan datang ke Ghazni untuk membeli peralatan tentera Amerika yang rusak.  Salah seorang di antara mereka mengatakan bahwa kelmarin malam, ia membeli 90 ton besi tua dari pusat PRT di Ghazni.

Mereka tampak gembira karena mereka berpikir boleh mendapat keuntungan yang banyak dari hal itu.

Bukti eksplisit kekalahan AS...klik tajuk


Dalam dua dekade terakhir, meskipun Amerika mengalami kerugian besar setiap harinya dalam perang di Afghnaistan, namun mereka mencoba memanipulasi dan melalui media mereka berusaha menyembunyikan bukti kegagalan dan kekalahan.  Untuk tujuan ini, penjajah Amerika melakukan dua hal : di satu sisi mereka telah menerapkan sensor ketat untuk media dan di sisi lain mereka mengumpulkan dan menghapus sejumlah besar peralatan perang yang hancur dalam berbagai pertempuran, sehingga tidak terlihat oleh orang biasa.

Dalam perang konfrontatif pertama antara Afghanistan dan Amerika di Shahi-Kot, beberapa helikopter Amerika dan perangkat keras militer telah dihancurkan, namun mereka memindahkan semua helikopter ke dalam pangkalan Bagram di kegelapan malam, sehingga orang biasa tidak bisa melihatnya.

Kemudian penghancuran tank Amerika, kendaraan militer, konvoy logistik dalam serangkaian serangan gerilya dan ranjau darat menjadi hal yang biasa setiap harinya.  Menjaga kerugian mereka dari pandangan orang, menjadi isu penting bagi AS.

Pada saat itu, AS mulai menggali parit dekat pangkalan militer Bagram, Kandahar, Logar dan Shindand untuk menempatkan peralatan mereka yang hancur agar tetap tak terlihat.

Pada tahap ini, ketika kerugian penjajah Amerika berada di tingkat menengah, beberapa excavator dan supir buldoser sibuk menggali parit tersebut.  Parit ini digali untuk menyembunyikan tank AS yang hancur, kontainer yang dibakar dan kendaraan logistik yang meledak di medan perang, semuanya dikubur di bawah tanah.

Melalui proses ini, Amerika sedang berusaha untuk menyembunyikan bukti-bukti kekalahan mereka dan realitas di lapangan dalam perang Afghanistan.

Tapi, saat orang-orang mengatakan, kenyataan tidak dapat disembunyikan untuk waktu yang lama, dengan berlalunya waktu, jumlah kerugian Amerika terus meningkat dan menjadi hampir tidak mungkin bagi mereka untuk menjaga semuanya dari pandangan.  Mereka mulai menumpuk dan membuat gundukan besar dari berbagai koleksi peralatan militer mereka yang hancur dalam berbagai pertempuran, di pangkalan militer mereka termasuk sisa-sisa tank yang hancur dalam ledakan bom.

Pada tahap ini, karena kerugian Amerika telah mencapai puncaknya, mereka tidak mampu menggeser dan menghapus semua peralatan hancur, karena itu mereka membakar kendaraan logistik dan kendaraan yang hancur yang di kemudian hari dikumpulkan dan dijual oleh penduduk setempat sebagai barang bekas.

Seperti disebutkan sebelumnya, realitas berbicara untuk dirinya sendiri, akhirnya bukti-bukti peralatan militer Amerika yang hancur mulai terlihat bersamaan dengan tanda-tanda yang jelas dari kekalahan mereka.  Orang Amerika pada tahap ini, tidak punya pilihan lain selain menjual tank, helikopter dan peralatan perang lainnya yang hancur dengan harga barang bekas.

Kedua pemuda dari provinsi Zabul mengatakan bahwa proses lelang sisa-sisa peralatan militer AS telah dimulai hampir di semua provinsi di Afghanistan di mana ribuan penduduk setempat terlibat.  Beberapa ton peralatan hancur dibawa keluar dari pangkalan Amerika setiap hari dan dijual dengan harga rendah.  Sebagian besar peralatan dimasukkan ke dalam wadah dan dijual dalam kondisi telah dikemas.

Bahan peledak, yang dibawa untuk kehancuran Afghanistan, sekarang digunakan untuk penghancuran peralatan militer mereka sendiri.

Sebuah aspek yang menarik dari lelang Amerika adalah bahwa tidak hanya tank yang hancur, tapi tank-tank yang rusak dan tidak dapat ditarik kembali dari Afghanistan juga dibongkar oleh Amerika sendiri dan kemudian dimasukkan ke dalam wadah untuk kemudian dijual.

Tahun ini, pada bulan Juni, pejabat Amerika mengatakan bahwa mereka telah menghancurkan tank baru dan peralatan militer mereka sendiri senilai 7 miliar dollar dengan tangan mereka sendiri.

Besarnya kerugian Amerika

Lelang peralatan militer AS yang rusak setidaknya sebagai upaya Amerika untuk menghindari kerugian total walaupun sebenarnya mereka telah menderita kerugian keuangan yang ekstrim.  Mereka menawarkan peralatan militer mereka dan sumber daya lain untuk pasar terbuka dengan harga rendah seperti yang akan mencengangkan siapapun.

Misalnya jika melihat tank model M1 yang dianggap sebagai tulang punggung pasukan lapis baja Amerika, tank ini menghabiskan biaya hampir 8 juta dollar dan jika ditambah biaya transportasi ke Afghanista, harganya mungkin lebih tinggi dari itu.  Tapi tank ini yang beratnya hampir 70 ton, jika dihitung dengan harga saat ini (harga lelang) 200 dollar per ton, maka tank ini memiliki harga 14.000 USD.

Ketika barang yang memiliki harga lebih dari 8 juta USD dijual untuk sekitar 14.000 USD, maka bisa kita bayangkan kerugian besar dan kehancuran yang sedang dihadapi oleh penjajah Amerika.

Fenomena ini tidak hanya mengungkapkan kerugian keuangan penjajah Amerika, tetapi juga menjamin kehancuran dan kekalahan memalukan dari arogansi Amerika.  (Arrahmah.com)

0 Comments:

Post a Comment