16 Disember 2013


Bilal Philips: “Begitu saya menjadi seorang muslim, saya merasa tidak nyaman melakukan itu semua, dan saya memutuskan berhenti main muzik secara pribadi maupun secara profesional,” paparnya.
JIKA pada periode 1970-an, Anda hanya mengenal sosok Jimmy Hendrix,  Brian May, atau Robert Plan dalam dunia muzik rock sebagai dewa gitar, atau mungkin ketika itu Anda tengah belajar gitar, Bilal Philips juga sangat jago memainkan dawai enam senar ini.
Semasa menjadi mahasiswa di Universiti Simon Frasier, Vancouver-Kanada, Philips memainkan gitar dalam...
pertunjukan muzik di klub-klub malam. Ketika ia tinggal di Malaysia, ia tampil di panggung-panggung dan dikenal sebagai Jimmy Hendrix-nya Sabah di Malaysia Timur.
Tapi Philips merasa kosong dalam kehidupannya.
Philips sendiri kemudian memutuskan masuk Islam pada tahun 1972. Proses masuk Islamnya pun terbilang sangat cepat, hanya enam bulan saja setelah membaca buku-buku Islam dan berdiskusi tentang Islam.
Setahun setelah mengucapkan dua kalimat syahadat, Philips mendaftarkan diri ke jurusan studi Islam di Universiti Islam Madinah, Arab Saudi. Tujuannya, ia ingin memelajari Islam dari sumber asalnya, bukan dari praktik budaya.
Sambil kuliah di Saudi, Philips bekerja di departemen agama markas besar Angkatan Udara Arab Saudi di Riyadh. Saat itu sedang pecah Perang Teluk pada tahun 1991. Ia mempunyai pekerjaan utama yaitu mengajarkan agama Islam pada pasukan AS di basis-basis militer mereka di Bahrain dan di provinsi bahagian timur Arab Saudi.
“Karena gambaran tentang Islam begitu terdistorsi di Amerika, setelah perang, saya dan lima orang Amerika lainnya, terlibat dalam projek untuk menghilangkan keraguan terhadap agama Islam pada sekitar setengah juta pasukan AS yang ada di kawasan Teluk. Hasilnya, lebih dari 3.000 tentera AS akhirnya masuk Islam,” terang Philips.
Ia kemudian pergi ke Amerika untuk membantu memberikan bimbingan rohani bagi para tentara yang baru masuk Islam. Dengan bantuan organisasi “Muslim Members of the Miltary (MMM)”, ia kemudian menganjurkan berbagai konferensi dan kegiatan yang berhasil mendesak militer AS untuk membangun fasiliti-fasiliti musholla di seluruh basis-basis militernya. Pemerintah AS juga berkewajiban untuk meminta komuniti Muslim mengajukan kandidat ulama yang akan menjadi pembimbing rohani bagi tentara yang muslim di kemiliteran AS.
“Beberapa tentara Perang Teluk yang masuk Islam, pergi ke Bosnia untuk memberikan pelatihan pada rakyat Bosnia dan ikut berjuang bersama mereka melawan kekejaman tentara Serbia,” kata Philips.
Sebelum masuk Islam, Philips adalah seorang Kristian. Ia lahir di Jamaica pada tahun 1947. Kedua orang tuanya adalah guru, dan salah satu datuknya adalah seorang pendeta.
Sekarang setelah menjadi Muslim, Philips mengatakan tidak punya waktu rihat. “Betapa sedikit waktu yang ada, dan berapa banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk Islam,” katanya. [Sumber]
(nahimunkar.com)

0 Comments:

Post a Comment