16 Ogos 2011

Sumber[eramuslim.com]Media Norwegia telah memaparkan rincian terbaru dari tragedi yang terjadi di pulau Utoeya, ketika teroris Kristen Norwegia Anders Breivik membantai 77 orang. Dan ternyata orang yang mencoba untuk menghentikan aksi teroris kristen tersebut adalah dua remaja Chechnya.
Movsar Dzhamayev (17 tahun) dan Rustam Daudov (16 tahun) mencoba menghentikan aksi teroris kristen Norwegia Anders Breivik, saat Breivik menembak para peserta kamp pemuda di pulau Utoeya. Kedua pemuda itu bersembunyi di hutan, ketika mereka menyadari bahwa adanya serangan tersebut, dan mereka melemparkan batu ke arah Breivik. Menyadari bahwa mereka tidak bisa mengatasi aksi brutal Breivik, mereka akhirnya mulai membantu orang lain untuk melarikan diri.

Kedua remaja dengan izin orang tua mereka diwawancarai oleh Norwegia Dagbladet menjelaskan apa yang terjadi di pulau itu. Menurut Rustam, pertama mereka mendengar tembakan dan melihat kerumunan remaja berlarian, dan di belakang mereka ada seorang pria. Pada awalnya, kedua remaja ini berpikir hal itu semacam bagian dari pelatihan. Tapi begitu mereka berbelok, di depan mereka beberapa orang ditembak dan menewaskan tiga orang.
Menurut Rustam, aksi brutal itu menyebabkan tontonan teror yang mengerikan sehingga ia bahkan tidak bisa bergerak. Kemudian Movsar meraih lengannya dan menyeretnya ke dalam hutan. Beberapa menit kemudian mereka duduk di hutan dan kemudian menelepon ayahnya Movsar dan menjelaskan apa yang terjadi di pulau itu.
Remaja itu mengatakan bahwa penembakan di pulau Utoeya mengingatkannya tentang Chechnya, di mana sebagai seorang anak muda, mereka juga telah melihat aksi pembunuhan. Ayahnya kemudian memerintahkan ia untuk tidak hanya berpikir tentang diri mereka sendiri dan mencoba untuk menghentikan aksi pelaku dan membantu orang lain melarikan diri.
Pada titik ini, remaja ini melihat seorang perwira polisi, yang memanggil dirinya. Namun Rustam hendak melarikan diri ke arah polisi tersebut, tapi dia dihentikan oleh Movsar, yang curiga bahwa polisi itu mungkin penjahat yang menyamar, karena pada kenyataannya ternyata polisi tersebut adalah Breivik, yang kemudian mulai menembak remaja-remaja yang datang kepadanya. Menurut kedua remaja ini, Breivik tampaknya benar-benar tenang dan dingin ketika menembaki orang-orang.
Rustam dan Movsar dengan satu sama lain mengumpulkan banyak batu, ketika Breivik berjalan dari belakang dan mereka mulai melemparkan batu ke arahnya. Menurut Rustam, mereka berdiri pada jarak tiga meter dari Breivik dan bisa menyergap dia dengan memukulnya, tetapi memutuskan untuk menjaga jarak setelah Breivik menembak salah satu rekan mereka.
Rustam tidak yakin jika batu-batu mereka menghantam Breivik, namun Movsar berpendapat bahwa lemparan batu mereka mengena Breivik, ketika pelaku itu berteriak, kemudian beralih ke remaja tersebut dan berteriak: "Sialan"
Menyadari bahwa tindakan mereka tidak dapat menghentikan Breivik, kedua remaja ini memutuskan untuk membantu orang lain yang mencoba melarikan diri. Movsar menemukan semacam gua di batu, yang dipakai mereka untuk menyembunyikan remaja lainnya. Secara total, mereka dengan cara ini menyelamatkan 23 orang. Salah satu yang selamat itu adalah bocah berusia delapan tahun.
Selain itu, Movsar melihat beberapa orang yang berada di air, yang akan segera tenggelam. Menurutnya, ia kembali tiga kali untuk membantu remaja keluar dari danau, tetapi kemudian ia kehabisan tenaga. Movsar mengakui bahwa ia tidak bisa menyelamatkan seorang anak di danau, karena ia secara fisik tidak cukup kuat untuk berenang ke sana. (fq/islamnews)

0 Comments:

Post a Comment