13 Januari 2014

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam wafat pada hari Senin, 12 Rabi’ul Awwal 11 H. Tepatnya, saat Dhuha sudah memanas. Hari tersebut dirasakan para sahabatnya sebagai hari tergelap dalam hidup mereka. (Lihat: Al-Rahiiq al-Makhtuum, Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuuri: 402-403)

Anas bin Malik Radhiyallahu 'Anhu berkata: Aku tak pernah melihat satu hari pun yang lebih baik dan terang benderang dari hari hadirnya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam di tengah-tengah kita. Dan aku tak pernah melihat satu hari yang lebih buruk dan gelap daripada hari wafatnya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam.” (HR. Al-Darimi dan al-Baghawi)......


Anas menceritakan tentang hari tersebut, “Saat mereka menjalankan shalat Shubuh pada hari Senin, sementara Abu bakar mengimami mereka, tidak ada yang membuat mereka terperanjat kecuali Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang menyingkap tirai kamar Aisyah dan melihat mereka berada di barisan shalat. Kemudian beliau tersenyum dan tertawa. Lalu Abu Bakar hendak mundur ke belakang untuk masuk shaf karena mengira Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam akan mengimami mereka.”

Anas menambahkan, kaum muslimin hampir-hampir membatalkan shalatnya karena diliputi suka cita mendalam atas kehadiran Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Kemudian Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengisyaratkan dengan tangannya agar mereka menyelesaikan shalat. Lalu beliau masuk kamar dna menutup tirai. (HR. Al-Bukhari)

Itulah shalat terakhir dalam kehidupan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan disakikan olehnya. Tidak ada shalat sesudahnya. Setelahnya saat-saat proses beliau menghadap Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Saat Dhuha tiba, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam memanggil Fathimah. Beliau membisikkan sesuatu kepadanya. Lalu Fathimah nangis. Lalu beliau memanggilnya kembali dan membisikkan sesuatu kepadanya. Maka Fathimah tertawa.

Saat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam sudah wafat, Fathimah ditanya tentang apa yang dibisikkan ayahnya kepadanya. Fathimah menceritakan, “Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam membisikkan kepadaku bahwa beliau akan wafat pada sakit yang dideritanya itu, maka aku menangis. Kemudian beliau membisikkan kepadaku bahwa aku orang pertama dari keluarganya yang akan menyusulnya , maka aku tertawa.” (HR. Al-Bukhari)

Saat itu pula, -sebagian riwayat menyebutkan- Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengabarkan bahwa Fathimah akan menjadi pemimpin wanita beriman seluruh alam.

Beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga memanggil kedua cucunya, Al-Hasan dan al-Husain, mencium keduanya, dan member nasihat kepada keduanya.

Tidak lupa, beliau juga mengumpulkan istri-istrinya; menasihati mereka dan berpesan kepada mereka.

Detik-detik terakhir dari kehidupan beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam berada ditemani ‘Aisyah. Istri tercinta beliau tersebut menyandarkan suaminya ke dirinya. Aisyah menceritakan, “Sesungguhnya di antara nikmat Allah kepadaku adalah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam wafat di rumahkku, di hari giliranku, dan di dadaku. Allah mengumpulkan ludahku dan ludahnya saat kematiannya.”

Saat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam di bilik ‘Aisyah tersebut, masuklah Abdurrahman bin Abu Bakar, dia membawa siwak di tangannya. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam memandangnya sedemikian rupa sehigga ‘Aisyah paham beliau menginginkan hal itu. Kemudian ‘Aisyah mengambilnya dari Abdurrahman, menggigit-gigitnya dan melenturkannya, lelau menyodorkannya kepada Rasulullah. Beliau bersiwak dengannya. Kemudian beliau mengangkat tangannya ke langit, memandang tajam ke langit, dan menggerak-gerakkan kedua bibirnya. Aisyah menyimak dengan baik ucapan beliau,

“Bersama orang-orang yang telah Engkau beri nikmat dari kalangan nabiyin shiddiqin, syuhada’ dan shalihin. Ya Allah, ampuni aku, rahmati aku, dan kumpulkanlah aku bersama al-Rafiqul A’la (teman tertinggi).”

اللَّهُمَّ الرَّفِيقَ الْأَعْلَى

“Ya Allah, pertemukanlah aku dengan al-rafiqul A’la (teman tertinggi).” (HR. Al-Bukhari)

Beliau mengulang kalimat terakhir sampai tiga kali. Itulah kata-kata terakhir beliau. Kemudian tangan beliau jatuh terkulai dan berjumpa dengan al-rafiqul A’la. Inna Lillaah wa Inna Ilaihi Raji’un.

Sekali lagi, peristiwa tersebut terjadi di waktu Dhuha saat matahari sudah memanas, hari Senin 12 Rabi’ul Awwal 11 H. menurut penuturan Syaikh Mubarak Fuuri, usia beliau sempurna 63 tahun lebih 4 hari. Wallahu A’lam.  .voa-islam.com

0 Comments:

Post a Comment