09 November 2013

Kencing atau bahasa halusnya buang air kecil sudah bukan suatu hal yang asing lagi bagi umat manusia. Setiap manusia melakukan aktiviti ini untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme tubuh (mengeluarkan kotoran tubuh). Dalam melakukan aktiviti ini pun kita dituntut melakukannya dengan benar dan sesuai aturan.
•    Hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu ”anha, dimana beliau berkata, “Siapa yang mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kencing sambil berdiri, jangan dibenarkan. Beliau tidak pernah kencing sambil berdiri.”
•    Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah kencing sambil berdiri semenjak diturunkan kepadanya Al-Qur’an.
Secara medis kencing berdiri adalah penyebab utama penyakit batu karang dan merupakan salah satu penyebab penyakit lemah syahwat bagi sebahagian lelaki

Kebanyakan orang yang biasanya kencing berdiri kemudian mereka akan mendirikan shalat, ketika akan ruku’ atau sujud maka terasa ada sesuatu yang keluar dari kemaluannya, itulah sisa air kencing yang tidak habis terpancar ketika kencing sambil berdiri. Jika hal ini terjadi maka shalat yang dikerjakannya tidak sah karena air kencing adalah najis dan salah satu syarat sahnya shalat adalah suci dari hadats kecil mahupun hadats besar.......klik tajuk

Umumnya kita memandang ringan terhadap cara dan tempat buang air. Mungkin karena pertimbangan waktu atau situasi dan kondisi yang mengharuskan (terpaksa) untuk kencing berdiri tanpa menyangka keburukannya dari sisi sunnah dan kesehatan. Orang dulu mempunyai budaya melarang anak kencing berdiri sehingga kita sering mendengar pepatah “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari”, untuk menunjukkan buruknya kencing berdiri, karena memang mengandung efek negatif.
Kebiasaan orang kencing berdiri akan mudah membuat lemah batin, karena sisa-sisa air dalam pundi-pundi yang tidak habis terpancar menjadikan kelenjar otot-otot dan urat halus sekitar zakar menjadi lembek dan kendur. Berbeda dengan buang air dengan posisi mencangkung, dalam keadaan bertinggung tulang paha di kiri dan kanan merenggangkan himpitan buah zakar. Ini memudahkan air kencing untuk mengalir habis dan memudahkan untuk menekan pangkal buah zakar sambil berdehem-dehem. Dengan cara ini, air kencing akan keluar hingga habis, malahan dengan cara ini kekuatan sekitar otot zakar terpelihara.
Ketika buang air kencing berdiri ada rasa tidak puas, karena masih ada sisa air dalam kantong dan telur zakar di bawah batang zakar. Itu berkemungkinan besar menyebabkan batu karang. Kenyataan membuktikan bahwa batu karang yang berada dalam ginjal atau kantong seni dan telur zakar adalah disebabkan oleh sisa-sisa air kencing yang tak habis terpancar. Endapan demi endapan akhirnya
Jika Anda mampu meneliti sisa air kencing yang tak dibersihkan dalam kamar mandi, Anda bayangkan betapa keras kerak-keraknya. Bagaimana jika itu ada di kantong kemaluan Anda? Hal ini juga merupakan salah satu yang menyebabkan penyakit lemah syahwat pada lelaki selain dari penyebab batu karang.

•    Sesungguhnya banyak siksa kubur disebabkan kencing maka bersihkanlah dirimu dari (percikan dan bekas) kencing. (HR Al Bazzaar dan Ath-Thahawi)
•    Hadis riwayat Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati dua buah kuburan, lalu beliau bersabda: ‘Ingat, sesungguhnya dua mayit ini sedang disiksa, namun bukan karena dosa besar. Yang satu disiksa karena ia dahulu suka mengadu domba, sedang yang lainnya disiksa karena tidak membersihkan dirinya dari air kencingnya.’ Kemudian beliau meminta pelepah daun kurma dan dipotongnya menjadi dua. Setelah itu beliau menancapkan salah satunya pada sebuah kuburan dan yang satunya lagi pada kuburan yang lain seraya bersabda: ‘Semoga pelepah itu dapat meringankan siksanya, selama belum kering’,” (Shahih Muslim No.439).
Demikian hikmahnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam melarang kencing berdiri. Dan bagi Muslim yang kadang setelah keluar dari bilik air dan mahu shalat, ketika ruku’ dalam shalat kita merasa ada sesuatu yang keluar dari kemaluan, itu adalah sisa air kencing yang tidak habis terpancar akibat dari kencing berdiri yang tidak tuntas keluar. Hal ini menyebabkan shalat tidak sah karena salah satu sarat sahnya shalat adalah bersih dan suci dari najis, baik hadats kecil maupun hadats besar, dan air kencing merupakan najis.
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam sering mengingatkan dalam sabdanya, “Hati-hatilah dalam masalah kencing karena kebanyakan siksa kubur disebabkan tidak berhati-hati dalam kencing”.
Maka ada baiknya kita belajar adab-adab dan sunnah-sunnah di bilik air berikut agar kita banyak mendapatkan manfaat, baik di dunia (kesehatan) mahupun di akhirat sebagimana telah diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
1.    Buang air mencangkung (tidak berdiri jika tidak terpaksa/darurat). Agar kotoran boleh keluar tuntas sehingga tidak menjadi penyebab kencing batu maupun lemah syahwat.
2.    Menggunakan alas kaki. Menurut penelitian di Amerika di dalam kamar mandi/ tandas ada sejenis virus dengan type Americanus yang masuk lewat telapak kaki orang yang ada di bilik mandi  tersebut. Dengan proses waktu yang panjang virus tersebut naik ke atas tubuh dan ke kepala merusak jaringan otak yang menyebabkna otak lemah, tak mampu lagi mengingat, blank semua memori otak sehingga nyanyok. Sandal hendaknya diletakkan di luar bilik mandi/tandas, jangan di dalam bilik mandi/tandas, agar kebersihan tetap terjaga.
3.    Masuk kamar mandi/tandas dengan kaki kiri dan keluar dengan kaki kanan. Inilah sunnah yang diperintahkan oleh Nabi. Juga disunnahkan untuk membaca doa sebelum masuk kamar mandi (doa dibaca di luar kamar mandi) dan setelah keluar dari kamar mandi. Berbeda jika kita masuk masjid dan rumah. Masuk masjid atau rumah dengan kaki kanan dan keluar dengan kaki kiri.
4.    Beristinja’ dengan air dan dengan tangan kiri.
5.    Beristinja’ (bersuci dan membersihkan kotoran) dengan air, bukan dengan tissue atau lainnya kecuali jika tidak ditemukan air ketika di hutan, padang pasir, dan sebagainya. Boleh gunakan tissue tapi harus dibilas lagi dengan air setelahnya. Syarat kebersihan dan kesucian dari najis menurut syariat adalah hilang warna, hilang bau, dan hilang rasa dari najis tersebut. Beristinja’ juga disunnahkan dengan tangan kiri. Inilah pembahagian tugas dari tangan, bagaimana tangan kiri untuk urusan ‘belakang’ sedangkan untuk makan dan minum disunnahkan dengan tangan kanan, jangan dicampuradukkan, tangan yang untuk urusan belakang itu juga untuk makan. Dan Nabi melarang makan dan minum dengan tangan kiri.
6.    Jangan merancang/merencanakan sesuatu di bilik mandi/tandas. Nabi sangat melarang merencanakan atau membuat suatu rencana/ide/inspirasi di dalam bilik mandi/tandas , karena bilik mandi/tandas adalah markasnya syetan sebagaimana doa kita ketika hendak masuk bilik mandi/tandas: “Allahumma innii a’uudzubika minal khubutsi wal khabaits” (Yaa Allah, aku berlindung kepada-Mu dari godaan syetan laki-laki maupun perempuan).  Karena dikhawatirkan rencana/ide/inspirasi yang didapat berasal dari bisikan syetan yang kelihatannya baik tapi setelah dijalankan ternyata banyak mudharat/keburukannya. Begitu juga setelah keluar bilik mandi/tandas, baca istighfar dan doa keluar bilik mandi/tandas. Secara adab dan budaya pun sangat tidak baik, masak sambil buang kotoran disertai mencari ide/inspirasi atau merencanakan sesuatu yang baik, apalagi sesuatu itu menyangkut hajat hidup orang banyak. Disunnahkan juga untuk menyegerakan keluar bilik mandi/tandas apabila hajat sudah selesai, bukan malah bernyanyi-nyanyi apalagi sambil baca buku atau surat khabar.
7.    Ketika buang air dilarang menghadap atau membelakangi kiblat. Jika lubang tandas menghadap kiblat hendaknya ketika buang air badan agak diserongkan sedikit.

Kencing berdiri, tak sesuai Sunnah Nabi
Jika sunnah diamalkan walaupun dalam kamar mandi, itu namanya kita menjalankan ibadah. Betapa sayangnya setiap hari kita ke kamar mandi, tapi tidak mendapatkan pahala ibadah dengan menghidupkan sunnah. Padahal salah satu maksud dan tujuan manusia diciptakan adalah untuk ibadah (mengabdi) kepada Allah. (Khalid Abdullah)
sumber: salam-online


0 Comments:

Post a Comment